Jakarta (ANTARA) – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp3 triliun hingga Rp4 triliun untuk tahun 2025, yang salah satunya akan digunakan untuk membangun menara telekomunikasi di berbagai wilayah Indonesia.

Direktur TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan perseroan tidak melakukan pembangunan menara secara spekulatif pada tahun ini, yang mana hanya akan membangun menara maupun jaringan fiber optik berdasarkan pesanan dari operator.

“Capex ini akan kami habiskan untuk membangun menara berdasarkan pesanan dari operator ataupun kami membangun jaringan fiber optic. Ini juga berdasarkan pesanan dari operator,” ujar Helmy dalam Paparan Publik TBIG di Jakarta, Selasa.

Helmy menjelaskan, perseroan telah melakukan diversifikasi selama tiga tahun terakhir ke bisnis fiber optic atau serat optik, yang mana pendapatan dari bisnis fiber optic perseroan telah bertumbuh setiap tahunnya.

Pihaknya berharap kontribusi pendapatan dari bisnis fiber optic dapat meningkat hingga double digit pada tahun ini.

“Kontribusi pendapatan dari fiber optic pada 2023 hanya 5 persen, dan 2024 sudah naik jadi 8 persen. Pada 2025 kami harapkan bisa naik double digit, jadi proporsi pendapatan fiber optic ke revenue kami harap akan meningkat dari waktu ke waktu,” ujar Helmy.

Ia melanjutkan, perseroan saat ini masih akan fokus melakukan ekspansi secara organik, namun apabila terdapat kesempatan untuk melakukan ekspansi anorganik melalui akuisisi, maka perseroan akan mengambil peluang tersebut.

“Ekspansi anorganik ini kan tidak selalu ada, semua perusahaan menara juga sudah konsolidasi, perusahaan menara dengan ukuran lebih kecil itu sudah dibeli oleh pemain yang lebih besar. Jadi saya bilang, tidak tertutup kemungkinan, tapi memang kesempatan akuisisinya makin susah untuk anorganik,” ujar Helmy.

Terkait target pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sepanjang 2025, Helmy menyampaikan perseroan tidak menetapkan target tertentu, namun seiring dengan alokasi capex senilai hingga Rp4 triliun diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pada 2025.

Seiring alokasi capex tersebut, perseroan juga akan menerbitkan surat utang (notes) dalam mata uang asing, dengan jumlah pokok keseluruhan sebanyak-banyaknya 900 juta dolar AS yang akan dilaksanakan dalam satu atau beberapa kali penerbitan dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal diperolehnya persetujuan RUPST.

Surat utang akan ditawarkan kepada investor di luar wilayah Negara Republik Indonesia, yang merupakan transaksi material berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha.

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025